KEUTAMAAN ILMU SYAR’I

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I

Di antara keutamaan ilmu syar’i adalah mengalirnya pahala ilmu tersebut meskipun pemiliknya telah meninggal dunia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Di antara keutamaan orang yang memiliki ilmu syar’i adalah mereka kuat berpegang dengan  hukum Allah hingga Hari Kiamat.

Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ. مَا يَضُرُّهُمْ مَنْ كَذَّبَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ

Senantiasa akan ada dari umatku (sekelompok) umat yang tegak di atas urusan agama Allah. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang mendustakan mereka dan tidak pula orang-orang yang menyelisihi mereka, hingga datang ketetapan Allah dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu (tetap tegak dalam urusan agama Allah).” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata tentang kelompok ini, “Kalau bukan ahli hadis aku tidak mengetahui siapa mereka.”

Di antara keutamaan ilmu syar’i adalah bahwa dia sebagai petunjuk pada jalan ke Surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR Muslim)

Di antara keutamaan orang yang berilmu syar’i adalah bahwa mereka bagaikan pelita yang menunjuki manusia dalam perkara agama dan dunia.

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا. فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ. فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ. فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً. ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ. فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ. فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ. وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟

Pada zaman dahulu ada seorang laki-laki (dari kalangan Bani Israil) yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Laki-laki itu bertanya tentang orang yang paling alim di dunia. Dia ditunjukkan kepada seorang rahib yang ahli ibadah. Laki-laki itu mendatangi sang rahib dan berkata bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Apakah ada tobat baginya? Sang rahib menjawab ‘Tidak’. Maka sang rahib pun dibunuh sehingga dia telah membunuh seratus jiwa. Kemudian dia kembali bertanya tentang penghuni bumi yang paling berilmu. Dia ditunjukkan kepada seorang yang berilmu. Laki-laki itu mendatanginya dan berkata bahwa dia telah membunuh seratus jiwa. Apakah ada tobat baginya? Orang alim berkata, ‘Ya! Siapakah yang menghalangi dirinya dari bertobat?” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Di antara keutamaan orang yang berilmu syar’i adalah bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala akan menanamkan rasa takut, hormat, dan cinta di hati manusia terhadap ahli ilmu yang rabbani. Engkau melihat manusia memuji, menghormati dan menghargai mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Mahapemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS Maryam: 96)

Di antara kelebihan ilmu syar’i adalah bahwa menuntut ilmu syar’i lebih baik dari harta di dunia.

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar sementara kami sedang berada di shuffah (sebuah ruangan di samping mesjid). Beliau bersabda,

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟

Siapakah di antara kalian yang senang setiap hari pergi ke Buthhan atau ke Aqiq, lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta yang gemuk-gemuk tanpa membawa dosa, dan tanpa pula memutus silaturahmi?

Kami menjawab, “Wahai Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ

Sungguh, salah seorang dari kalian pergi ke masjid, lalu mempelajari atau membaca dua ayat dari Kitab Allah Azza Wa Jalla adalah lebih baik dari dua ekor unta; dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta; dan empat ayat lebih baik dari empat ekor unta; dan jumlah ayat yang sama dengan jumlah unta.” (HR Muslim)

Sarana untuk menuntut ilmu syar’i sangat banyak. Di antaranya adalah menghadiri majlis ilmu para ulama dan syekh, mendengarkan muhadharah, mendengar ceramah di masjid, membaca buku-buku yang bermanfaat, bertanya kepada orang yang berilmu tentang perkara yang sulit, dan menghafal kitab Allah. Itulah ilmu yang paling besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa di antara tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat adalah diangkatnya ilmu syar’i dan merajalelanya kebodohan.

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا. فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ. فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dengan mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama, hingga apabila sudah tidak tersisa lagi ulama, manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika ditanya, mereka berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah Ta’ala dari ilmu yang tidak bermanfaat:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْأَرْبَعِ: مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari empat perkara: dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak puas, dan dari doa yang tidak didengar.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa-i)

Dan wajib bagi orang yang menuntut ilmu syar’i untuk mengikhlaskan niat semata-mata karena Allah Ta’ala, bukan untuk mencari jabatan, harta, atau kepentingan dunia lainnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan keuntungan dunia, maka pada Hari Kiamat dia tidak akan mencium aroma Surga.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Baca juga: MENGAPA HARUS BERILMU?

Baca juga: KECINTAAN KEPADA ALLAH

Baca juga: SYARAT DITERIMANYA AMAL

(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)

Kelembutan Hati