AL-QUR’AN DAN KEUTAMAANNYA

AL-QUR’AN DAN KEUTAMAANNYA

al-Qur’an yang ada di tangan kita adalah firman Allah Ta’ala. Allah berbicara dengan perkataan yang hakiki, yang didengar oleh Jibril. Kemudian Jibril membacakannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta ‘ala berflrman:

وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ؛ نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ؛ عَلٰى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ

Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam. Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS asy-Syu’ara’: 192-194)

Allah Ta’ala berfirman bahwa al-Qur’an turun ke dalam hatimu (Muhammad), karena hati adalah tempat pemahaman dan pengetahuan agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberikan peringatan.

Allah Ta’ala juga berfirman:

 لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖۗ

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an kerena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (QS al-Qiyaamah: 16)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat antusias menghafal al-­Qur’an sehingga beliau terburu-buru mengikuti bacaan al-­Qur’an yang disampaikan oleh Jibril kepada beliau. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an kerena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (QS al-Qiyaamah: 16)

Maknanya, diamlah sampai Jibril selesai membacakan al­-Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ؛ فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ

Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.” (QS al-Qiyaamah: 17-18)

Maksudnya, Jibril sebagai utusan Rabb semesta alam membacakannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS al-Qiyaamah: 18)

Maksudnya, bacalah setelah Jibril selesai membacanya.

ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ

Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.” (QS al-Qiyaamah: 19)

Maksudnya, janganlah engkau memotong bacaan Jibril.

al-Qur’an adalah firman Allah Ta’ala. Apabila Allah hendak menurunkannya, maka Dia akan menyatakan firman-Nya, seperti firman Allah Ta’ala:

قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya.” (QS al-Mujaadilah: 1)

Konteks kalimat ini menunjukkan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Bentuk kata kerjanya menunjukkan pekerjaan yang telah lalu. Hal ini menunjukkan bahwa ucapan perempuan tersebut lebih dahulu muncul daripada firman Allah Ta’ala yang membicarakan tentang perempuan tersebut:

قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kalian berdua. Sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS al-Mujaadilah: 1)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS Ali lmraan: 121 ).

Kejadian ini terjadi ketika perang Uhud. Allah berfirman: “Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu.” Itu berarti keberangkatan lebih dahulu terjadi sebelum firman Allah ini.

Allah Ta’ala berfirman kapan saja sekehendak-Nya dan bagaimanapun caranya.

Kita tidak boleh mengatakan bahwa firman Allah seperti perkataan kita, yaitu bahwa suara Allah ketika mengucapkan al-Qur’an seperti suara kita ketika membaca al-Qur’an. Hanya saja ucapan Allah terdiri dari huruf-­huruf yang kita pergunakan. al-Qur’an yang berada di tangan kita terdiri dari huruf-huruf yang biasa kita ucapkan. Makna dan lafaz al-Qur’an adalah firman Allah. Seperti yang dijelaskan oleh al-Qur’an sendiri, as-Sunnah dan ijmak salaf serta para imam ahli sunah bahwa al-Qur’an adalah firman Allah dan turun dari sisi Allah. Allah mengucapkannya secara hakiki, lalu dibawa oleh Jibril dan diturunkan ke hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ؛ ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍۙ؛ مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍ

Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS at-Takwiir: 19-21)

Yang dimaksud adalah Jibril ‘alaihissalam yang mendapat kepercayaan Allah untuk menurunkan al-Qur’an kepada manusia yang dipercaya, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua hamba Allah ini adalah pengemban amanah Allah Ta’ala untuk menyampaikan wahyu.

Keutamaan al-Qur’an

al-Qur’an memiliki keutamaan yang sangat agung, baik keutamaan umum maupun keutamaan khusus yang ada pada ayat atau surat tertentu, seperti surat al-Fatihah yang disebut sab’ah matsaani dan ummul kitab, atau ayat Kursi yang merupakan ayat yang paling agung di antara ayat-ayat al-Qur’an lainnya. Adapun secara umum, al-Qur’an memiliki keutamaan yang agung. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk senantiasa membaca al-Qur’an, baik pada malam hari maupun siang hari. Setiap kali seseorang membaca al-Qur’an, maka setiap huruf yang dibacanya akan mendapatkan ganjaran sebanyak sepuluh kebaikan.

Seperti pada kata قُلْ terdapat dua puluh kebaikan karena terdiri dari dua huruf: ق dan ل. Kata أَعُوذُ yang terdiri dari empat huruf mengandung empat puluh kebaikan. Jadi, apabila seseorang membaca al-Qur’an, maka tidak dapat dibayangkan berapa banyak pahala dan ganjaran yang akan diperoleh. Hal ini sebagaimana Allah Ta’ala firmankan:

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ لَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” (QS Fushshilat: 42)

Oleh karena itu, apabila seseorang membaca al-Qur’an, sebaiknya ia membacanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa agar tidak terlewat satu huruf pun.

Sebagian orang membaca al-Qur’an terburu-buru sehingga banyak huruf tidak terbaca. Bacalah al-Qur’an seperti diturunkannya al-Qur’an dengan huruf-huruf yang jelas.

Membaca al-Qur’an dengan kaidah tajwid yang disusun di dalam kitab-kitab tajwid hukumnya tidak wajib. Namun hanya untuk menambah keindahan suara ketika membaca al-Qur’an. Justru yang harus dilakukan adalah tidak tergesa-gesa dalam membaca al-Qur’an sehingga tidak satu huruf atau harakat tasydid pun tidak terbaca. Jadi, ilmu tajwid hanya untuk menambah kesempurnaan dalam membaca al-Qur’an, bukan kewajiban. Dengan demikian, pendapat yang mengatakan bahwa barangsiapa membaca al-Qur’an tidak dengan tajwid, berarti orang tersebut berdosa adalah pendapat yang sangat lemah.

Baca juga: SATU HURUF DIBALAS DENGAN SEPULUH KEBAIKAN

Baca juga: MEMBACA AL-QUR’AN TANPA MENGGERAKKAN BIBIR

Baca juga: PENYERAGAMAN AL-QUR’AN DALAM SATU DIALEK

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Serba-Serbi