KAFARAT MAJELIS

KAFARAT MAJELIS

Setiap muslim wajib menjaga majelis-majelisnya dari kericuhan, kebatilan, dan hal-hal lain yang mendatangkan mudarat di akhirat. Hendaklah ia bersungguh-sungguh memenuhi majelis-majelisnya dengan hal-hal yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunia. Hendaklah ia menyadari bahwa ucapannya ditulis dalam kitab catatan amalnya. Kelak Allah Ta’ala menghisabnya ketika ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Jika ucapannya baik, maka ia dibalas dengan kebaikan. Jika ucapannya buruk, maka ia dibalas dengan keburukan.

Allah Ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS Qaf: 18)

Termasuk kebaikan bagi seorang muslim adalah menjaga majelis-majelisnya dan bersungguh-sungguh meramaikannya dengan zikir kepada Allah Ta’ala. Hal seperti itu termasuk di antara perkara-perkara yang menyenangkan baginya ketika ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Tidaklah seseorang duduk di suatu majelis, lalu menyia-nyiakannya dengan hal-hal selain zikir kepada Allah Ta’ala melainkan ia akan menyesal dengan sebesar-besar penyesalan.

Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلَّا قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ، وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً

Tidaklah suatu kaum berdiri dari majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah melainkan mereka seperti berdiri dari tempat yang seperti bangkai himar, dan kelak itu menjadi penyesalan baginya (di akhirat).” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih al-Jami’)

Orang yang berdiri dari majelis yang padanya terdapat bangkai himar pasti tidak mendapatkan dalam majelis itu kecuali bau busuk, pemandangan yang tidak menyenangkan, dan tidaklah mereka berdiri melainkan dengan penyesalan dan kerugian. Demikian pula, orang yang berdiri dari majelis yang tidak ada zikir kepada Allah Ta’ala di dalamnya tidak mendapatkan kecuali gelimang dosa, kebatilan ucapan, dan perkara-perkara lain yang bermudarat di akhirat, yang mendatangkan kerugian dan penyesalan.

Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada kita agar kita menutup majelis dengan zikir kepada Allah Ta’ala dan memohon ampunan-Nya sehingga zikir itu menjadi kafarat (penghapus) dosa-dosa yang terjadi dalam majelis.

Imam at-Tirmidzi dan Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ

Barangsiapa duduk di sebuah majelis dan banyak padanya kesia-siaan, kemudian sebelum berdiri dari majelis itu dia mengucapkan, ‘SUBHAANAKALLAAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA’ ‘Mahasuci Engkau, Ya Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Engkau. Aku mohon ampunan-Mu dan bertobat kepada-Mu’, melainkan diampuni dosa-dosanya yang terjadi di dalam majelis itu.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib)

Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan di akhir ketika hendak berdiri dari majelis, “SUBHAANAKALLAAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA ‘Mahasuci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Engkau. Aku mohon ampunan-Mu dan bertobat kepada-Mu’.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib)

an-Nasa-i meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila duduk di suatu majelis atau ketika salat, beliau mengucapkan beberapa kalimat, lalu Aisyah bertanya kepada beliau tentang kalimat itu. Beliau bersabda,

 إِنْ تَكَلَّمَ بِخَيْرٍ كَانَ طَابِعًا عَلَيْهِنَّ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنْ تَكَلَّمَ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَانَ كَفَّارَةً لَهُ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Jika ia berbicara baik, maka hal itu sebagai tanda (stempel) padanya sampai Hari Kiamat. Jika ia berbicara sebaliknya, maka hal itu sebagai kafarat baginya, ‘SUBHAANAKALLAAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA ‘Mahasuci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Engkau. Aku mohon ampunan-Mu dan bertobat kepada-Mu’.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib)

Meski doa ini sangat penting dan keutamaannya sangat agung, namun banyak manusia menyia-nyiakan majelis mereka dengan perkataan dan perbuatan sia-sia. Bersamaan dengan itu, mereka mencegah diri dari kebaikan besar ini.

Sejumlah ahli ilmu berpendapat bahwa zikir ini adalah zikir yang dimaksud pada firman Allah Ta’ala:

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِيْنَ تَقُوْمُ

Dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu ketika engkau berdiri.” (QS ath-Thur: 48)

Ibnu Abdil Barr berkata, “Telah dinukil dari sejumlah ahli ilmu tentang tafsir al-Qur’an sehubungan firman Allah Ta’ala:Dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu ketika engkau berdiri.’ Di antara mereka adalah Mujahid, Abu al-Ahwash, dan Yahya bin Ja’dah. Mereka berkata, ‘Ketika engkau berdiri dari suatu majelis, maka ucapkanlah, ‘Mahasuci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Engkau. Aku mohon ampunan-Mu dan bertobat kepada-Mu.’ Mereka berkata, ‘Barangsiapa mengucapkannya, niscaya diampuni dosa-dosa yang terjadi di majelis itu.’”

Atha berkata, “Jika engkau berbuat baik, maka kebaikanmu bertambah, dan jika sebaliknya, maka zikir itu menjadi kafarat (penghapus).”

Baca juga: DOA UNTUK MENGAKHIRI MAJELIS

Baca juga: PERINGATAN DARI MAJELIS YANG TIDAK DISEBUT NAMA ALLAH

Baca juga: HAK ATAS TEMPAT DUDUK

Baca juga: LARANGAN BERBISIK-BISIK DI HADAPAN ORANG LAIN

(Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr)

Adab