JANGAN MARAH

JANGAN MARAH

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku nasihat!”

Beliau bersabda,

لَا تَغْضَبْ

Jangan marah!

Orang itu mengulangi permintaannya beberapa kali, dan beliau tetap bersabda,

لَا تَغْضَبْ

Jangan marah!” (HR al-Bukhari)

PENJELASAN

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, berilah aku nasihat!’ Beliau bersabda, “Jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya beberapa kali, dan beliau tetap bersabda, “Jangan marah!

Maksudnya adalah jangan menjadi orang yang mudah marah karena segala hal, tetapi jadilah orang yang tenang, sabar, dan berpikir dengan hati-hati. Karena marah adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia hingga hatinya mendidih, urat lehernya menegang, pembuluh darahnya mengembang, dan matanya memerah. Kemudian dia melakukan sesuatu yang akan disesalinya setelah itu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati orang ini agar tidak marah, bukan menasihatinya agar bertakwa kepada Allah atau mendirikan shalat atau berpuasa atau hal-hal serupa. Hal itu karena keadaan orang ini menuntut Nabi menasihati demikian. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati orang-orang dengan nasihat yang berbeda-beda. Beliau pernah menasihati Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu agar berpuasa tiga hari setiap bulan dan shalat witir sebelum tidur. Beliau juga pernah menasihati Abu Darda radhiyallahu ‘anhu dengan hal serupa. Adapun orang ini, beliau menasihatinya agar tidak marah karena beliau mengetahui keadaannya yang mudah marah dan sering marah. Oleh karena itu, beliau berkata, “Jangan marah!

Marah mendorong seseorang untuk mengucapkan kata-kata kufur, menceraikan istrinya, memukul ibunya, melawan bapaknya, seperti yang terlihat dan diketahui. Ketika amarahnya mereda, ia menyesal dengan penyesalan yang mendalam.

Betapa banyak orang berkata, “Aku marah kepada istriku,” lalu menceraikannya. “Aku marah kepada istriku,” lalu menceraikannya dengan talak tiga. “Aku marah kepada seseorang lalu aku mengharamkan dia atas diriku,” dan hal-hal serupa itu. Jadi, janganlah kamu marah. Jangan lekas marah, karena tidak diragukan lagi bahwa marah mempengaruhi seseorang hingga ia bertindak seperti orang gila.

Sebagian ulama berkata, “Ketika seseorang dalam keadaan sangat marah, ia tidak menyadari ucapannya sendiri. Ucapannya tidak dianggap dan tidak memberi pengaruh. Jika ia mengucapkan kata talak, maka istrinya tidak tercerai. Jika ucapannya berupa doa, maka doanya tidak dikabulkan. Itu karena dia berbicara tanpa akal dan tanpa pemahaman.

Kita memohon kepada Allah agar Dia memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi kita dan kalian.

Baca juga: MENGENDALIKAN DIRI SAAT MARAH

Baca juga: BERLAKU ADIL DALAM KEADAAN MARAH DAN RIDA

Baca juga: ANJURAN UNTUK SEGERA BERBUAT BAIK

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati Riyadhush Shalihin