IKHLAS DAN MENGHADIRKAN NIAT

IKHLAS DAN MENGHADIRKAN NIAT

Niat tempatnya di hati dan tidak ada tempat baginya di lidah dalam semua amal. Oleh karena itu, siapa pun yang mengucapkan niat saat ingin shalat, puasa, haji, wudhu, atau amal-amal lainnya, dia adalah seorang yang berbuat bid’ah, yang bertindak dalam agama Allah dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, shalat, bersedekah, berpuasa, dan berhaji tanpa mengucapkan niat. Beliau tidak mengatakan, “Ya Allah, aku berniat untuk berwudhu,” “Ya Allah, aku berniat untuk shalat,” “Ya Allah, aku berniat untuk bersedekah,” “Ya Allah, aku berniat untuk puasa,” atau “Ya Allah, aku berniat untuk haji.” Beliau tidak mengatakan ini, karena niat tempatnya adalah di hati dan tidak ada yang tersembunyi dari hati. Allah Ta’ala mengetahui apa yang ada di hati mereka, baik yang diungkapkan maupun yang dirahasiakan, sebagaimana firman-Nya:

قُلْ اِنْ تُخْفُوْا مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ اَوْ تُبْدُوْهُ يَعْلَمْهُ اللّٰهُ

Katakanlah, ‘Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.” (QS Ali ‘lmran: 29)

Wajib bagi seseorang untuk mengikhlaskan niatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam semua ibadahnya, dan tidak berniat dalam ibadahnya kecuali untuk wajah Allah dan negeri akhirat. Ini adalah yang Allah perintahkan dalam firman-Nya:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itu adalah agama yang lurus,” (QS al-Bayyinah: 5) yaitu memurnikan niat dalam beramal, dan harus menghadirkan niat, yaitu niat ikhlas dalam semua ibadah. Maka berniatlah misalnya untuk wudhu, bahwa dia berwudhu sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah.

Dalam hal ini, niat meliputi tiga hal:

1. Niat ibadah.

2. Niat bahwa ibadah tersebut karena Allah.

3. Niat bahwa dia melaksanakan ibadah tersebut sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah.

Inilah kesempurnaan niat yang harus dihadirkan dalam semua ibadah.

Begitu juga dalam shalat. Pertama, berniatlah bahwa kamu akan melaksanakan shalat, dan pastikan bahwa itu adalah shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, Subuh, atau shalat lainnya. Kedua, berniatlah bahwa kamu shalat hanya untuk Allah ‘Aza wa Jalla, bukan untuk yang lainnya. Jangan shalat dengan riya’ atau karena ingin didengar orang lain, dan jangan memuji diri sendiri atas shalatmu, serta jangan berharap mendapatkan sesuatu dari harta atau dunia. Ketiga, hadirkan dalam niat bahwa kamu shalat sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Rabbmu, seperti yang Allah firmankan: (أَقِمِ الصَّلَاةَ) “Dirikanlah shalat.”, (فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ) “Maka apabila kamu telah merasa aman, dirikanlah shalat.” (وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ) “Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat,” serta perintah-perintah lainnya.

Baca juga: AMAL TERGANTUNG PADA NIAT

Baca juga: DIBANGKITKAN SESUAI DENGAN NIAT MASING-MASING

Baca juga: NIAT ADALAH SALAH SATU SYARAT SAH SALAT

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Fikih Riyadhush Shalihin