HAK ISTRI ATAS SUAMI

HAK ISTRI ATAS SUAMI

Tujuan agung Allah Ta’ala menciptakan istri untuk suami adalah agar bersama istri suami merajut mawaddah (rasa cinta), rahmah (kasih sayang), dan sakinah (ketenteraman) dalam rangka mewujudkan kebahagiaan, keselarasan, dan kasih sayang dalam keluarga.

Allah Ta’ala berfirman:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah). Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS an-Nisa’: 19)

Hendaklah suami selalu ingat bahwa istri yang berada dalam pelukannya adalah amanah dan titipan dari Allah Ta’ala. Kelak pada hari perhitungan suami akan diminta pertanggung-jawaban, apakah ia telah memenuhi hak istrinya atau menyia-nyiakannya?

Hak istri yang utama antara lain adalah:

1. Mendapatkan perlakuan baik dari suami

Suami hendaklah memperlakukan istri dengan baik dalam rangka mengamalkan firman Allah Ta’ala:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ

Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.” (QS an-Nisa’: 19)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، وَإنَّ أعْوَجَ مَا فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ. فَإنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ. وَإنْ تَرَكْتَهُ، لَمْ يَزَلْ أعْوَجَ. فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

Nasihatilah perempuan dengan baik, karena perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika kamu berupaya meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya. Jika kamu membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, nasihatilah perempuan.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

اَللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ الْيَتِيمِ وَالْمَرْأَةِ

Ya Allah, sungguh aku merasa bersalah dalam memenuhi hak dua orang yang lemah, yaitu anak yatim dan istri.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

2. Semua hak dipenuhi tanpa berkurang sedikit pun

Dari Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja hak istri atas suami?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُطْعِمُهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيتَ وَلَا تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلَا  تُقَبِّحْ وَلَا تَهْجُرْ إِلَّا فِي الْبَيْتِ

Engkau memberinya makan ketika engkau makan, dan memberinya pakaian ketika engkau berpakaian, dan tidak memukul wajahnya, tidak mengasarinya, serta (jika terpaksa mendiamkannya,) tidak mendiamkannya kecuali di rumah.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Sebagian laki-laki yang telah beristri sangat loyal kepada teman-temannya, tetapi pelit kepada istrinya, padahal seorang suami akan memperoleh pahala dari semua nafkah yang ia keluarkan kepada keluarganya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

Satu dinar yang engkau keluarkan untuk berjuang di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau keluarkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang engkah nafkahkan untuk keluargamu.” (HR Muslim)

Di antara suami ada yang kerjanya hanya memukuli istrinya setiap hari.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah sekali pun memukul sesuatu (jika marah), dan juga tidak memukul istri atau pembantunya.” (HR Muslim)

Hendaklah laki-laki seperti itu becermin, meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadikannya sebagai uswah (contoh) dan qudwah (panutan).

Sebagian suami menjadikan diam dan aksi tutup mulut sebagai senjata untuk menghadapi permasalahan, meski persoalannya sangat kecil dan remeh. Bahkan, terkadang bahasa bisu dan diam itu berlarut-larut sampai berbulan-bulan. Ia tidak mengajak istrinya berbicara, apalagi bersendau gurau. Ia tidak kasihan kepada istrinya yang kesepian dan jauh dari keluarganya, terlebih kepada istri yang masih muda yang takut sendirian dan selalu dibayangi kecemasan.

3. Mendapatkan pengajaran agama dan tata cara ibadah yang benar

Allah Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلٰى فِيْ بُيُوْتِكُنَّ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ وَالْحِكْمَةِ

Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu).” (QS al-Ahzab: 34)

Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Sebaik-baik perempuan adalah perempuan-perempuan Anshar. Mereka tidak malu mempelajari agama Islam.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Seorang suami harus mengajarkan al-Qur’an dan hadis kepada istrinya, mengajaknya beribadah, dan mendukungnya dalam rangka menuju ketaatan yang sempurna.

Allah Ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.” (QS Thaha: 132)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رَحِمَ اللهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ، فَصَلَّى وَأيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإنْ أبَتْ نَضَحَ في وَجْهِهَا المَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى، فَإن أبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ

Semoga Allah memberi rahmat kepada suami yang bangun di tengah malam lalu salat malam, dan membangunkan istrinya lalu istrinya salat malam. Jika istrinya menolak, maka ia memercikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah memberi rahmat kepada istri yang bangun di tengah malam lalu salat malam, dan membangunkan suaminya lalu suaminya salat malam. Jika suaminya menolak, maka ia memercikkan air di wajah suaminya.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan an-Nasa-i. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Sahih al-Jami’)

4. Memperoleh kepuasan batin

Allah Ta’ala berfirman:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ

Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.” (QS an-Nisa’: 19)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya aku senang berhias untuk istriku, sebagaimana aku senang istriku berhias untukku. Aku teringat firman Allah Ta’ala yang berbunyi, ‘Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.’ (QS an-Nisa’: 19), dan firman-Nya Ta’ala, ‘Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut.’ (QS al-Baqarah: 228)”

Pelanggaran yang sering dilakukan dalam keluarga muslim dan tidak sepenuhnya disadari oleh orang-orang yang ada di dalamnya adalah berkata kotor dan jorok, menjelek-jelekkan wajah dan perangai istri, menunjukkan ketidaksukaan terhadap keluarga istri, menyebutkan kekurangan-kekurangan istri, memaki, mencaci, mencela dan memanggilnya dengan panggilan dan julukan yang buruk, serta melukai hatinya dengan menyebut kebaikan dan kecantikan perempuan lain. Semua itu akan membuat hati istri hancur yang ia tidak mampu menyembuhkannya.

Termasuk sikap yang dapat menjaga perasaan istri adalah memanggilnya dengan panggilan yang paling disukainya, mengucapkan salam kepadanya ketika masuk rumah, berkasih sayang dengan memberinya hadiah atau mengucapkan kata-kata indah, menutup mata terhadap kesalahan-kesalahannya dalam memenuhi hak-hakmu dengan mengedepankan maaf, terlebih hal-hal yang gagal dilaksanakan.

Ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istri-istrinya.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi, dan ia mengatakan, “Hadis ini hasan sahih.”)

5. Mendapatkan perhatian dan penjagaan dari jurang kenistaan dan perempuan bejat

Hendaklah suami melarang istrinya sering ke pasar. Jika istri ke pasar, maka suami harus menemaninya. Selain itu, janganlah suami membiarkan istri bepergian tanpa didampingi mahramnya. Ingatlah bahwa istri adalah titipan dari Allah Ta’ala. Kelak suami akan diminta pertanggung-jawaban.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggung-jawaban atas orang-orang yang dipimpin.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

6. Mendapatkan penjagaan kesucian diri

Cara yang tepat untuk menjaga istri dan mencegahnya dari melirik laki-laki lain adalah dengan menjaga kesuciannya. Usahakanlah untuk selalu memuaskan kebutuhan batinnya melalui kata-kata indah dan pujian atas semua usaha yang dilakukannya. Sediakanlah waktu khusus untuk selalu bersamanya. Tampakkanlah keceriaan wajah suami dan kepuasan suami saat berada di rumah dan di sisi istri.

Dari Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ

Wahai Abdullah, kudengar engkau selalu berpuasa di siang hari dan selalu menghabiskan malammu dengan salat.”

Aku (Abdullah) berkata, “Benar, wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda,

فَلَا ، تَفْعَلْ صُمْ وَأَفْطِرْ، وَقُمْ وَنَمْ. فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

Janganlah engkau teruskan! Berpuasalah dan berbukalah, salat malamlah dan tidurlah, karena tubuhmu punya hak atasmu, kedua matamu punya hak atasmu, istrimu punya hak atasmu, dan istimu punya hak atasmu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

Berhubungan badan dengan istri adalah sedekah.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami yang menyalurkan syahwatnya mendapatkan pahala?”

Beliau bersabda,

أرَأْيتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ

Bukankah jika menyalurkannya pada yang haram ia mendapatkan dosa? Begitu pula jika menyalurkannya pada yang halal, ia mendapatkan pahala.” (HR Muslim)

7. Memperoleh kebahagiaan dari budi pekerti suami yang baik yang meneladani Rasulullah

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَأِنْ كُلَّ شَيْءٍ يَلْهُو بِهِ الرَّجُلُ بَاطِلٌ إِلَّا رَمْيَةَ الرَّ جُلِ بِقَوْسِهِ ، وَتَأْدِيبَهُ فَرَسَهُ ، وَمُلَاعَبَتَهُ امْرَأَتَهُ

Semua yang melalaikan kaum laki-laki adalah salah kecuali latihan memanah, latihan berkuda, dan bersendau gurau dengan istrinya.” (HR Abu Dawud, at-Tirmdizi, dan Ahmad)

Siapakah gerangan orang yang lebih berhak mendapatkan perlakuan yang baik dan sopan dari suami selain perempuan yang rela melayani suaminya, memasak makanannya, mencuci pakaiannya, menyambutnya dengan hangat sambil mengembangkan senyum ketika suami datang, mendidik dan merawat anak-anaknya, dan memerhatikan kebutuhannya sepanjang hidupnya?

Bagi suami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan dan contoh yang sangat baik. Beliau pernah berlomba lari dengan Aisyah untuk menyenangkan hati Aisyah, memanggilnya dengan panggilan kesayangan, ‘Ya Aisy’ (wahai perempuan pelipur lara), berkata-kata indah, menceritakan kisah-kisah teladan, dan mengajak istri-istrinya bermusyawarah, seperti tatkala meminta saran dari Ummu Salamah dalam perang Hudaibiyah.

8. Memperoleh kesabaran dan ketabahan suami atas perlakuan buruk dirinya

Perjalanan rumah tangga yang melaju kencang dengan pernik-pernik kehidupan bersama yang menimbulkan gesekan, persoalan dan masalah tidak akan terelakkan dari pasangannya, karena manusia adalah makhluk Allah Ta’ala yang tidak sempurna dan sangat naif. Seorang suami harus bersabar jika suatu ketika menghadapi perlakuan dan kelakuan buruk istrinya, kecuali istri telah meninggalkan kewajiban-kewajiban akhirat, seperti meninggalkan salat dan puasa. Perlakuan dan kelakuan buruk di sini adalah yang terkait dengan pemenuhan hak suami, terlebih pada hari-hari dimana kondisi psikologis istri tidak stabil, seperti ketika datang bulan. Bahkan, istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan protes terhadap beliau dan melakukan hal-hal yang tidak pantas yang menuntut beliau bersabar dan memaafkan dalam menghadapinya.

9. Uang aman dari penggunaan tanpa persetujuan

Terkadang sang istri memiliki uang sendiri dari peninggalan ayahnya, pemberian, atau gaji bulanannya. Seorang suami jangan sekali-kali berniat menggunakan dan mengusik uang istri, kecuali atas sepengetahuan dan persetujuannya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا

Dan berikanlah mas kawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepadamu sebagian dari (mas kawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.” (QS an-Nisa’: 4)

Hendaklah suami mengingat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok suami yang tepercaya dalam menjaga harta istrinya, Khadijah. Beliau tidak pernah mengambil kecuali haknya. Beliau juga tidak pernah mengancam dan menunjukkan kemarahan agar Khadijah memberinya uang.

Allah Ta’ala mengecam suami yang mengambil mahar yang telah diberikan kepada istrinya, dimana uang itu berasal dari dirinya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِنْ اَرَدْتُّمُ اسْتِبْدَالَ زَوْجٍ مَّكَانَ زَوْجٍۙ وَّاٰتَيْتُمْ اِحْدٰىهُنَّ قِنْطَارًا فَلَا تَأْخُذُوْا مِنْهُ شَيْـًٔا ۗ اَتَأْخُذُوْنَهٗ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا؛وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا 

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.” (QS an-Nisa’: 20-21)

Lalu, apakah ancaman terbaik kepada suami yang semena-mena menggunakan uang istrinya yang telah ia kumpulkan dengan kerja keras?

Suami yang memanfaatkan uang istri sangat kontras dengan statusnya sebagai kepala rumah tangga, dimana ia wajib menafkahi dan memenuhi kebutuhan istrinya. Hendaklah orang-orang yang menggunakan uang istri untuk membangun rumah atau berinvestasi atas namanya sendiri merasa takut dan menghentikan kesewenang-wenangan itu. Ingatlah, uang yang kamu pergunakan itu haram dan termasuk perampokan dan pencurian.

10. Hak istri yang dipoligami terpenuhi secara adil, baik nafkah lahir maupun batin

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS an-Nahl: 90)

Sebagian orang yang melakukan poligami berlaku tidak adil, dan lebih cenderung kepada salah satu istri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hal itu dalam sabdanya,

مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ يَمِيلُ لِإِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدُ شِقَّيْهِ سَاقِطٌ

Barangsiapa mempunyai dua istri lalu lebih condong kepada salah satunya, maka kelak pada Hari Kiamat ia dibangkitkan dalam keadaan tubuh berat sebelah.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan, an-Nasa-i. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih al-Jami’)

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin bepergian, beliau mengundi untuk mengetahui istri yang berhak menyertainya dalam perjalanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat adil kepada istri-istrinya, sampai saat meninggal pun beliau meminta persetujuan semua istrinya agar beliau dirawat di rumah Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu memiliki dua istri. Ketika hari tertentu adalah hari giliran di rumah istri mudanya, ia tidak meminum air di rumah istri tuanya.

Ya Allah, karuniakan kepada kami anak yang menenteramkan hati kami dari istri-istri kami, dan keturunan-keturunan kami. Jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami dan keturunan kami orang-orang yang saleh. Limpahkanlah keberkahan kepada harta benda dan anak-anak kami. Terimalah ibadah-ibadah kami. Ampunilah kami dan curahkan rahmat-Mu kepada kami. Sesungguhnya Engkau adalah Zat Yang Mahamendengar dan Mahamengetahui.

Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami dan semua kaum muslimin, saudara-saudara kami.

Ya Allah, limpahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad, serta keluarga dan para shahabatnya.

Baca juga: ISTRI BERPENAMPILAN MENARIK DI HADAPAN SUAMI

Baca juga: ISTRI BERPERANGAI BURUK KEPADA SUAMI

Baca juga: ISTRI NUSYUZ DIANCAM NERAKA

Baca juga: TIDAK MEMUKUL ISTRI DAN TIDAK MENERTAWAKAN KENTUT

Baca juga: TIDAK ADA KETAATAN KECUALI DALAM HAL YANG MAKRUF

(‘Abdul Malik bin Muhammad ‘Abdurrahman al-Qasim)

Adab