DOA MEMOHON MAAF DAN AFIAT

DOA MEMOHON MAAF DAN AFIAT

Di antara doa-doa yang agung yang terus-menerus dilakukan oleh Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap pagi dan petang, bahkan beliau tidak pernah meninggalkannya setiap pagi dan petang adalah doa yang tercantum dalam Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan selain keduanya pada hadis dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini ketika petang dan pagi hari,

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فيِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فيِ دِيْنيِ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي. اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتيِ وَآمِنْ رَوْعَاتيِ. اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِيْنِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي. وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي 

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu afiat di dunia dan akhirat. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu maaf dan afiat pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutuplah auratku, dan amankanlah goncangan jiwaku. Ya Allah, peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku, dari atasku, dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari tertimpa bencana dari bawahku.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai doa yang agung ini dengan memohon kepada Allah afiat di dunia dan di akhirat. Afiat tidak ada tandingannya. Barangsiapa diberi afiat di dunia dan di akhirat, maka bagian kebaikannya telah sempurna.

at-Tirmldzi meriwayatkan dalam Sunannya dari al-Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallalhu ‘anhu (paman Nabi), dia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku mohon kepada Allah.”

Beliau bersabda,

الْعَافِيَةَ

Mohonlah afiat.”

Aku diam beberapa hari, kemudian datang kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku sesuatu yang aku mohon kepada Allah.”

Beliau bersabda,

يَا عَبَّاسُ، يَا عَمَّ رَسُولِ اللَّهِ، سَلِ اللَّهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah, mohonlah kepada Allah afiat di dunia dan di akhirat.”  (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi)

Dalam Musnad Ahmad dan Sunan at-Tirmidzi, dari Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallalhu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اسْأَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْعَافِيَةِ

Mohonlah kepada Allah maaf dan afiat. Sungguh salah seorang dari kalian tidak diberi sesuatu yang lebih baik sesudah keyakinan daripada afiat.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi)

Maaf bermakna penghapusan dan penutupan dosa oleh Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Afiat bermakna pemberian keamanan oleh Allah dari semua siksa dan ujian dengan memalingkan keburukan darinya, melindunginya dari bencana dan kesusahan, serta memeliharanya dari keburukan dan kejahatan.

Nabi memohon afiat di dunia dan di akhirat, begitu pula afiat dalam agama, dunia, keluarga, dan harta.

Memohon afiat dalam agama adalah memohon perlindungan dari semua perkara yang mencoreng agama atau mengurangi kesempurnaannya.

Memohon afiat di dunia adalah memohon perlindungan dari semua perkara yang memudaratkan di dunia, seperti musibah, bencana, dan bahaya.

Memohon afiat di akhirat adalah memohon perlindungan dari kejadian-kejadian besar di akhirat, kesulitan-kesulitannya, dan semua jenis penyiksaaan yang ada di sana.

Memohon afiat pada keluarga adalah memohon perlindungan bagi mereka dari fitnah serta menjaga mereka dari bencana dan ujian.

Memohon afiat pada harta adalah memohon pemeliharaan dari apa-apa yang membinasakan harta, seperti tenggelam, terbakar, dan dicuri.

Maka doa ini mengumpulkan semua permohonan kepada Allah Ta’ala agar dipelihara dari semua rintangan yang menyakitkan dan bahaya yang memudaratkan.

Lafaz, “Ya Allah, tutuplah auratku,” yakni tutuplah aibku, cacatku, kekuranganku, dan semua yang tidak aku sukai jika tersingkap. Masuk ke dalam hal ini adalah pemeliharaan dari tersingkapnya aurat. Batasan aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, sedangkan perempuan adalah seluruh badan.

Hendaklah seorang perempuan terus-menerus mengucapkan doa ini, terutama di zaman sekarang ini, yang dimana-mana ditemukan banyak perempuan membuka aurat. Mereka tidak punya perhatian terhadap menutup diri dan hijab. Sebagian perempuan menampakkan lengannya, sebagian lagi menampakkan betisnya, dan sebagian lagi menampakkan dada dan lehernya. Bahkan sebagian melakukan yang lebih parah dan lebih buruk dari itu. Sedangkan muslimah yang terpelihara dan menjaga kehormatan menjauhi semua itu. Dia senantiasa dan selamanya memohon kepada Allah agar dipelihara dari fitnah dan diberikan kemampuan untuk menutup aurat.

Lafaz, “Dan amankanlah goncangan jiwaku.” Kata ‘aman’ di sini merupakan lawan dari ‘takut’. Sedangkan ‘rau’aat’ (kegoncangan) adalah bentuk dari kata ‘rau’ah’, yang bermakna takut dan sedih. Pada doa ini terdapat permohonan kepada Allah Ta’ala agar dijauhkan dari setiap perkara yang menakutkan, menyedihkan, dan mencemaskan. Penyebutan kata ‘rau’aat’ dalam bentuk jamak merupakan isyarat akan banyaknya dan beragamnya.

Lafaz, “Ya Allah, peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku, dari atasku, dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari tertimpa bencana dari bawahku.” Di sini terdapat permohonan perlindungan kepada Allah dari kebinasaan- kebinasaan dan keburukan-keburukan yang mengintai manusia dari enam arah. Terkadang keburukan dan bencana datang dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri, dari atas, dan dari bawah. Sementara seseorang tidak tahu dari arah mana dia dikejutkan oleh bencana atau ditimpa musibah. Maka dia memohon kepada Rabbnya agar dijaga dari seluruh arah.

Di antara keburukan besar yang seseorang butuh dipelihara darinya adalah keburukan setan yang senantiasa menunggu kesempatan. Lalu setan datang dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri untuk menjerumuskannya ke dalam musibah, menariknya kepada bencana dan kebinasaan, serta menjauhkannya dari jalan kebaikan dan jalur istikamah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

Kemudian aku akan mendatangi mereka dari arah depan mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka, dari kiri mereka, dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS al-A’raf: 17)

Seorang hamba membutuhkan benteng dari musuh ini dan pelindung dari muslihat dan keburukannya. Pada doa yang agung ini terdapat perlindungan bagi hamba untuk sampai kepada-Nya keburukan setan dari arah manapun. Hal itu karena dia berada dalam perlindungan Allah, penjagaan-Nya, dan pemeliharaan-Nya.

Lafaz, “Aku berlindung dengan keagungan-Mu dari tertimpa musibah dari bawahku.” Di sini terdapat isyarat tentang besarnya bahaya yang menimpa seseorang dari arah bawah, seperti ditenggelamkan ke dalam bumi. Musibah ini adalah salah satu siksaan yang ditimpakan Allah dari arah bawah kepada sebagian orang yang berjalan di permukaan bumi, tidak melaksanakan ketaatan kepada pencipta-Nya, bahkan mereka berjalan di atasnya dengan dosa, permusuhan, keburukan, dan kemaksiatan. Mereka pun disiksa dengan digoncangkan dari arah bawah atau dibenamkan ke dalam bumi sebagai balasan atas dosa-dosa mereka dan siksaan atas kemaksiatan mereka, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 فَكُلًّا اَخَذْنَا بِذَنْۢبِهٖۙ فَمِنْهُمْ مَّنْ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا ۚوَمِنْهُمْ مَّنْ اَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ ۚوَمِنْهُمْ مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْاَرْضَۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اَغْرَقْنَاۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Maka masing-masing Kami siksa dengan sebab dosanya. Di antara mereka ada yang kami utus atasnya angin kencang, di antara mereka ada yang ditimpa halilintar, di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan. Tidaklah Allah menzalimi mereka, akan tetapi mereka sendiri yang menzalimi diri-diri mereka.” (QS al-Ankabut:40)

Baca juga: MEMBALAS KEBAIKAN DENGAN DOA

Baca juga: WALI ALLAH, AMALAN WAJIB, DAN AMALAN SUNAH

Baca juga: DOA PERLINDUNGAN DARI KEBURUKAN MAKHLUK CIPTAAN-NYA

(Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr)

Adab