DIBUNTUTI SURAQAH

DIBUNTUTI SURAQAH

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongan melewati perkampungan Bani Mudlaj, seseorang melihat mereka. Orang itu kemudian mendatangi balai pertemuan kaumnya. Di sana terdapat Suraqah bin Malik.

Orang itu berkata, “Wahai Suraqah, tadi aku melihat beberapa bayangan melintas di pantai. Kurasa mereka Muhammad dan kawan-kawannya.”

Suraqah segera menyadari bahwa itu memang mereka. Oleh karena itu, ia berkata kepada orang itu, “Bukan mereka. Bayangan yang kau lihat tadi adalah fulan dan fulan. Kami melihat mereka telah pergi tadi pagi.”

Suraqah duduk di tempat itu beberapa saat, lalu masuk ke rumahnya. Ia memerintahkan pelayannya mengeluarkan kudanya dan membawanya ke balik bukit. Ia bersiap-siap, lalu menyelinap menuju kudanya. Kemudian ia menaiki kudanya dan pergi.

Ketika Suraqah telah mendekati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kawan-kawannya, kudanya terpeleset. Ia turun dari kudanya. Ia mengeluarkan anak panah untuk mengetahui apakah kehadirannya membahayakan mereka atau tidak. Maka keluarlah anak panah yang benar, yaitu bahwa ia tidak akan membahayakan mereka. Namun ia tidak peduli. Ia kembali menunggangi kudanya hingga pada posisi dimana ia dapat mendengar doa Rasulullah yang mendoakan keburukan untuknya. Maka kedua kaki kudanya terperosok ke dalam tanah hingga lutut.

Suraqah turun dari kudanya. Ia menghardik kudanya. Kuda itu berusaha bangun. Ketika kuda itu tengah mencabut kakinya, asap keluar dari lubang bagaikan angin yang bertiup kencang. Menyaksikan itu ia menyadari bahwa Rasulullah terlindungi dari dirinya dan bahwa Rasulullah adalah pemenangnya.

Ia pun kembali mengundi dengan anak panah. Ternyata keluar anak panah yang dibencinya. Akhirnya ia memanggil Rasulullah dan kawan-kawannya untuk berdamai. Mendengar panggilan itu, Rasulullah berhenti. Suraqah menaiki kudanya dan menghampiri mereka. Ia kemudian mengalami apa yang ia alami sebelumnya, yaitu tidak mampu mendekati Rasulullah. Ia pun menyadari bahwa agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam akan berjaya.

Suraqah memberitahu Rasulullah bahwa kaumnya menjanjikan diyat untuk beliau dan Abu Bakr. Ia juga memberitahu Rasulullah tentang keinginan orang-orang. Lalu ia menawarkan bekal untuk perjalanan Rasulullah dan rombongan, namun Rasulullah menolak. Beliau hanya meminta agar ia menutupi keberadaan mereka.

Suraqah meminta Rasulullah menulis surat yang menjamin keamanannya. Rasulullah memerintahkan Amir bin Fuhairah menulisnya di atas selembar kulit. Setelah itu Rasulullah dan rombongan meneruskan perjalanan.

Ketika kembali kepada kaumnya, ia berkata kepada mereka, “Aku telah memastikan berita itu. Cukuplah kalian dengan apa yang ada di sini.”

Demikianlah, di pagi itu Suraqah berusaha menangkap Rasulullah dan kawan-karannya, namun di sore harinya ia melindungi mereka.

Surat jaminan keamanan disimpan oleh Suraqah sampai ia membawanya kepada Rasulullah ketika beliau kembali dari perang Hunain dan Thaif. Rasulullah menepati janji. Beliau bersabda, “Ini adalah hari penetapan janji dan kebaikan.”

Maka pada hari itu Suraqah menyatakan keislamannya. Rasulullah berkata kepadanya, “Bagaimana jika engkau kupakaikan gelang-gelang Kisra?”

Gelang-gelang, ikat pinggang dan mahkota Kisra pun didatangkan. Umar memanggil Suraqah dan berkata kepadanya, “Angkatlah kedua tanganmu!”

Suraqah adalah orang yang banyak bulunya. Bulu di tangannya lebat.

“Allah Mahanesar,” teriak Umar. “Segala puji bagi Allah yang telah merampas perhiasan ini dari Kisra bin Hurmuz, yang selalu berkata, ‘Akulah tuhan manusia’ ”

Kemudian Umar memakaikan semua itu kepada Suraqah bin Malik bin Ju’syum, seorang Arab Baduy dari Bani Mudlaj.

Abu Jahal membuat bait-bait syair yang berisi hasutan kepada kaum Suraqah, namun Suraqah membalasnya dengan bait-bait syair buatannya.

Baca sebelumnya: MENUJU MADINAH

Baca sesudahnya: SUSU DOMBA MELIMPAH DI TANGAN RASULULLAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah