DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN

DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN

Fase dakwah secara terang-terangan ditandai dengan wahyu Allah Ta’ala yang berisi perintah untuk memperingatkan keluarga beliau:

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (QS asy-Syu’ara’: 214)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan keluarganya sehingga terkumpul tiga puluh orang. Mereka makan dan minum bersama.

Beliau berkata, “Wahai Bani Abdul Muththalib, demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengenal seorang pemuda pun dari kalangan Arab yang datang kepada keluarganya membawa sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kubawa kepada kalian. Sesungguhnya aku membawakan perkara dunia dan akhirat untuk kalian.”

Beliau juga berkata, “Siapakah yang bersedia menerima agamaku dan janji-janjiku bersama denganku di Surga, serta menjadi khalifahku di dalam keluargaku?

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, engkau bagaikan lautan, siapakah yang mampu melakukan ini?”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Aku.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke langkah berikutnya dalam menerapkan perintah Allah Ta’ala. Beliau menaiki bukit Shafa, lalu berseru dengan suara yang lantang.

Seruan Rasulullah menggemparkan lembah Makkah. Orang-orang berbondong-bondong menuju arah suara sehingga memenuhi halaman Shafa. Mereka menghadap beliau dan bertanya-tanya, “Siapakah itu?”

Beliau berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, bagaimana pendapat kalian jika kukatakan bahwa sebuah pasukan berkuda akan muncul dari balik gunung itu menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?

Mereka menjawab, “Ya. Kami mengenalmu sebagai orang yang paling jujur di antara kami.”

Beliau berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian dari siksa yang amat pedih.”

Abu Lahab, paman Nabi yang hadir di situ berkata, “Celakalah engkau! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”

Abu Lahab pun pergi.

Maka turunlah ayat:

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar dia binasa.” (QS al-Lahab: 1)

Beliau juga berkata, “Wahai bani Ka’ab bin Lu’ay, selamatkanlah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Syams, selamatkanlah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Hisyam, wahai Bani Abdul Muththalib, wahai Fathimah, sesungguhnya aku tidak memiliki kekuasaan sedikitpun untuk melindungi kalian dari (Neraka) Allah, kecuali kalian memiliki hubungan keluarga yang akan tetap aku sambung.”

Teriakan yang keras tersebut merupakan puncak dari penyampaian dakwah beliau kepada kaumnya. Beliau menerangkan kepada orang-orang yang paling dekat dengannya bahwa keimanan kepada risalah beliau merupakan hubungan yang akan hidup antara beliau dan mereka. Beliau juga menerangkan bahwa fanatisme kekerabatan yang dipegang oleh masyarakat Arab telah meleleh oleh panasnya peringatan yang datang dari Allah.

Baca sebelumnya: DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI

Baca sesudahnya: MEMENGARUHI ABU THALIB

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah Sirah Nabawiyah