KISAH SAPI DAN SERIGALA BERBICARA

KISAH SAPI DAN SERIGALA BERBICARA

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan salat Subuh. Selesai salat beliau menghadap jamaah dan bersabda,

بَيْنَا رَجُلٌ يَسُوقُ بَقَرَةً، إِذْ رَكِبَهَا فَضَرَبَهَا، فَقَالَتْ، إِنَّا لَمْ نُخْلَقْ لِهَذَا إِنَّمَا خُلِقْنَا لِلْحَرْثِ، فَقَالَ النَّاسُ، سُبْحَانَ اللَّهِ، بَقَرَةٌ تَكَلَّمُ

Seorang laki-laki sedang menggiring seekor sapi. Ketika menungganginya ia memukulnya. Sang sapi berkata, ‘Kami diciptakan bukan untuk ini (ditunggangi). Kami diciptakan untuk membajak tanah.

 Para sahabat berkata, ‘Subhanallah, sapi dapat berbicara.’”

 Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

فَإِنِّي أُومِنُ بِهَذَا أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَمَا هُمَا

Aku memercayainya. (Begitu juga) Abu Bakr dan Umar, meskipun mereka tidak hadir (ketika beliau menceritakan peristiwa ini).”

ثَمَّ وَبَيْنَمَا رَجُلٌ فِي غَنَمِهِ إِذْ عَدَا الذِّئْبُ فَذَهَبَ مِنْهَا بِشَاةٍ، فَطَلَبَ حَتَّى كَأَنَّهُ اسْتَنْقَذَهَا مِنْهُ، فَقَالَ لَهُ، الذِّئْبُ هَذَا اسْتَنْقَذْتَهَا مِنِّي، فَمَنْ لَهَا يَوْمَ السَّبُعِ يَوْمَ لَا رَاعِيَ لَهَا غَيْرِي؟ فَقَالَ النَّاسُ، سُبْحَانَ اللَّهِ، ذِئْبٌ يَتَكَلَّمُ

Kemudian, ketika seorang laki-laki menggembala domba-dombanya, seekor serigala menyerang dan membawa seekor domba. Orang itu mengejarnya hingga sepertinya berhasil menyelamatkan domba itu dari serigala. Serigala berkata kepadanya, ‘Kau menyelamatkannya dariku. Tapi siapa yang menjaganya saat diserang oleh binatang-binatang buas, ketika tidak ada yang menjaganya selain aku?

 Para sahabat berkata, ‘Subhanallah, serigala dapat berbicara.’”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

فَإِنِّي أُومِنُ بِهَذَا أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَمَا هُمَا

Aku memercayainya. (Begitu juga) Abu Bakr dan Umar, meskipun keduanya tidak hadir.” (HR al-Bukhari)

PENJELASAN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis ini bercerita tentang salah satu keajaiban yang dialami oleh orang-orang sebelum kita. Beliau bercerita tentang seseorang yang menunggangi sapi. Sapi itu berjalan lambat sehingga ia memukulnya agar berjalan cepat. Tiba-tiba sapi itu menoleh ke arahnya dan berbicara kepadanya dengan bahasa manusia. Sapi itu berkata kepadanya seraya mengingkari perbuatan orang itu yang telah menyalahi ketentuan Allah dalam penciptaan sapi, yaitu menungganginya, “Kami diciptakan bukan untuk ditunggangi. Kami diciptakan untuk membajak tanah.” Sapi itu seakan berkata kepadanya, “Kau telah berbuat zalim kepadaku dengan menunggang di atas punggungku. Kau memanfaatkan aku untuk sesuatu yang Allah menciptakan aku bukan untuk itu.” Orang itu berbuat zalim karena ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Para sahabat dengan heran berkata, “Subhanallah, sapi dapat berbicara.”

Namun rasa heran mereka bukan berarti mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka tidak mungkin mendustakan beliau. Hanya saja, mereka mendengar dari beliau sesuatu yang luar biasa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka untuk menegaskan dan mengakui bahwa beliau memercayai isi berita itu. Demikian pula Abu Bakr dan Umar, meskipun ketika itu keduanya tidak hadir di masjid, tempat beliau bercerita. Beliau tahu bahwa Abu Bakr dan Umar sangat percaya kepada Allah. Selain itu, keyakinan dan iman keduanya tentang kuasa Allah terhadap sesuatu adalah sangat besar, termasuk menjadikan sapi dapat berbicara seperti manusia.

Beliau juga menceritakan kisah lain. Kali ini binatang yang dapat berbicara seperti manusia adalah serigala. Serigala ini menyerang sekawanan domba milik seorang penggembala, lalu mengambil seekor di antaranya. Penggembala adalah orang yang kuat dan pemberani. Ia mengejar serigala itu dan menyelamatkan dombanya. Serigala itu menoleh ke arah penggembala sambil mengingkari perbuatan sang penggembala yang merebut domba darinya. Serigala itu berkata, “Kau menyelamatkannya dariku. Tapi siapa yang menjaganya saat diserang oleh binatang-binatang buas?”

Serigala ini mengisyaratkan peristiwa yang akan terjadi di zaman mendatang ketika hewan-hewan ternak dibiarkan begitu saja, tanpa dijaga dan dilindungi, hingga binatang-binatang buas berbuat kerusakan terhadap hewan-hewan ternak. Tampak bahwa peristiwa itu terjadi menjelang kiamat dimana fitnah-fitnah bermunculan tidak terkendali.

Setelah terheran-heran dengan sapi yang dapat berbicara, kali ini pun para sahabat terheran-heran dengan serigala yang dapat berbicara. Mereka mengucapkan kata-kata serupa dengan sebelumnya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang serupa dengan sebelumnya.

Perkara yang aneh bagi para sahabat adalah binatang dapat berbicara kepada manusia dengan bahasa manusia. Adapun jika manusia berbicara kepada binatang, itu soal lain. Nabi Sulaiman dapat memahami bahasa burung dan binatang. Allah mengabarkan kepada kita tentang pasukan Sulaiman ketika melintasi lembah semut: “Berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut, masuklah kalian ke dalam sarang-sarang kalian agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.Maka ia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa (mendengar) perkataan semut itu.” (QS an-Naml: 18-19)

Ketika memeriksa barisan pasukan, termasuk pasukan burung, Sulaiman tidak melihat hudhud. Sulaiman mengancam akan menyembelihnya jika hudhud tidak dapat menunjukkan alasan ketidakhadirannya. Ketika hudhud datang dan berdiri di hadapan Sulaiman, hudhud berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ dengan membawa berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka. Ia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.” (QS an-Naml: 22-23), dan seterusnya sampai kata-kata terakhir yang diucapkan hudhud kepada Sulaiman.

Informasi lain yang disampaikan hudhud adalah tentang Ratu Saba’ dan kaumnya, serta kesyirikan yang mereka lakukan. Sulaiman kemudian menugasi hudhud untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Ratu Saba’, sekaligus mencari tahu tanggapan Ratu Saba’ terhadap surat tersebut.

Selain burung hudhud yang berbicara kepada Nabi Sulaiman, ada juga sejumlah binatang yang berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bisa memahami bahasa mereka. Misalnya, seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pemiliknya membuatnya lelah dan lapar. Adapun binatang yang berbicara kepada manusia dengan bahasa manusia, sebagian di antaranya terjadi seperti yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadis ini.

Abu Nu’aim meriwayatkan dalam Dala’ilun Nubuwwah bahwa seorang sahabat yang bernama Uhban bin Aus, suatu ketika domba-domba miliknya diserang oleh serigala. Serigala itu berhasil menerkam seekor domba di antaranya. Kemudian serigala itu duduk lalu berbicara kepada penggembala, “Siapa yang menjaganya ketika ia tidak lagi diperhatikan? Kau menghalangiku dari rezeki yang diberikan Allah kepadaku.” Uhban berkata, “Aku bertepuk tangan dan berkata, ‘Demi Allah, tidak pernah aku melihat sesuatu yang lebih aneh dari ini.’”

Peristiwa itu terjadi setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus menjadi nabi.

Serigala itu berkata menanggapi ucapan Uhban, “Lebih aneh lagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berada di antara pepohonan kurma itu menyeru kepada Allah.”

Selanjutnya Uhban menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberitahukan kejadian itu. Lalu ia masuk Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita bahwa kiamat tidak terjadi hingga binatang-binatang buas berbicara kepada manusia dengan bahasa manusia. Peristiwa ini pasti terjadi, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakannya.

Meskipun kita merasa aneh dengan binatang yang berbicara kepada manusia dengan bahasa manusia, namun kita memercayainya karena berita itu disampaikan oleh sosok yang jujur lagi tepercaya, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan karena kita beriman pada kuasa Allah Ta’ala. Allah mengabarkan bahwa pada Hari Kiamat anggota tubuh manusia akan berbicara untuk menjadi saksi bagi manusia. “Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ (Kulit) menjawab, Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara. Dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS Fushilat: 21)

Faedah Hadis

1️⃣ Anjuran menyampaikan kejadian yang menunjukkan besarnya kuasa Allah kepada masyarakat luas, karena dalam hadis ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah binatang kepada para sahabat setelah salat Subuh.

2️⃣ Boleh menyampaikan nasihat kepada jamaah setelah salat.

3️⃣ Penjelasan tentang besarnya kuasa Allah terhadap makhluk, karena Allah kuasa untuk mengajarkan bahasa manusia kepada binatang.

4️⃣ Setiap muslim wajib memercayai berita-berita yang disampaikan al-Qur’an dan hadis sahih yang sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun berita itu terasa aneh. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara hadis mutawatir dan hadis ahad. Adapun kisah-kisah palsu dan dusta yang tidak sahih dalam hadis, maka kisah-kisah seperti ini tidak boleh diceritakan, kecuali untuk menjelaskan kebohongan dan kepalsuannya.

5️⃣ Tidak boleh memanfaatkan binatang untuk keperluan yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya, seperti memanfaatkan domba untuk membajak tanah atau memanfaatkan sapi untuk ditunggangi dan mengangkut barang, karena Allah menciptakan setiap binatang untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan ciptaan dan kodratnya.

6️⃣ Keutamaan Abu Bakr dan Umar, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan tentang besarnya keimanan dan kuatnya keyakinan mereka. Juga kesempurnaan pengetahuan keduanya tentang besarnya kuasa Allah dan sempurnanya kekuasaan-Nya. Mereka memercayai kisah yang beliau sampaikan tanpa ragu, meskipun mereka tidak hadir dalam salat Subuh yang setelahnya beliau menyampaikan cerita ini. Kuat dugaan bahwa keduanya tidak hadir dalam salat Subuh karena sedang berada di luar Madinah untuk tugas yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka. Seperti yang telah kita ketahui dari sirah Abu Bakr dan Umar bahwa keduanya tidak pernah tertinggal salat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mereka sedang berada di Madinah.

Baca juga: LARANGAN MEMASUKI NEGERI KAUM YANG PERNAH DISIKSA

Baca juga: HIKMAH PENCIPTAAN JIN DAN MANUSIA

(Dr Umar Sulaiman al-Asyqar)

Kisah