BERTAKWA, MERASA CUKUP, DAN SEMBUNYI-SEMBUNYI

BERTAKWA, MERASA CUKUP, DAN SEMBUNYI-SEMBUNYI

Dari Sa’id bin Abu Waqqash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ

Sesunggunya Allah mencintai hamba yang bertakwa, selalu merasa cukup, dan sembunyi-sembunyi.” (Shahih Muslim)

PENJELASAN

Kehidupan masyarakat merupakan perkara utama dan keniscayaan bagi manusia. Oleh karena itu, manusia harus hidup bermasyarakat. Jika bergabung dengan masyarakat dapat mendorong kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, maka sembunyi atau menyendiri dalam keadaan tersebut merupakan perkara yang lebih baik bagi orang yang dikhawatirkan dirinya terkena fitnah dalam agama atau terjebak dalam perkara haram dan syubhat dan semisalnya.

Menjalin silaturahmi merupakan salah satu perkara utama dalam agama Islam. Jika hubungan tersebut membawa kepada kemaksiatan, maka hendaklah silaturahmi ditinggalkan sebagai pengamalan kaidah fikih: “Meninggalkan kerusakan didahulukan daripada mengambil manfaat.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sifat orang yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, selalu merasa cukup, dan sembunyi-sembunyi.”

Makna “hamba yang bertakwa” adalah hamba yang takut kepada Allah Azza wa Jalla sehingga selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ia menunaikan ibadah-ibadah yang fardu dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Beliau juga menggambarkan bahwa hamba ini “selalu merasa cukup”, yakni mencukupkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, dan merasa kanaah dengan karunia Allah Ta’ala dari selain karunia-Nya. Ia tidak meminta-minta sesuatu pun dari orang lain, dan tidak pula menawarkan diri kepada orang lain dengan merendahkan dirinya. Ia merasa tak butuh pada manusia, mencukupkan diri dengan Rabb-nya, tanpa berpaling kepada selain-Nya.

Beliau juga menjelaskan bahwa hamba ini juga khafi (sembunyi-sembunyi), tidak suka menonjolkan dirinya dan tidak berambisi untuk tampil di depan orang banyak atau untuk mendapatkan perhatian atau menjadi buah bibir. Jika ia tidak berada di tengah-tengah manusia, maka orang lain tidak merasa kehilangan dengannya. Jika ia hadir di tengah-tengah manusia, maka orang lain tidak menyadari keberadaannya. Akan tetapi, ia memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala dan berada pada posisi paling tinggi di antara orang-orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah.

Baca juga: MENJAGA DIRI, MERASA CUKUP, DAN BERSABAR

Baca juga: HIDUP DI DUNIA HARUS BERORIENTASI KE AKHIRAT

Baca juga: SIFAT KANAAH

(Muhammad Murtaza bin A’ish)

Kelembutan Hati