BERLAKU ADIL DALAM KEADAAN MARAH DAN RIDA

BERLAKU ADIL DALAM KEADAAN MARAH DAN RIDA

Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi dengan hak, mengutus para rasul-Nya dengan membawa bukti-bukti nyata, serta menurunkan kitab dan mizan kepada mereka. Yang dimaksud dengan mizan (timbangan) adalah keadilan. Keadilan dinamakan mizan karena mizan adalah alat untuk menyamakan dan meratakan. Keadilan dapat mendatangkan persatuan dan rasa cinta, serta membangkitkan semangat ketaatan. Dengan keadilan, negeri menjadi makmur, anak keturunan menjadi banyak, penguasa merasa aman dalam mewujudkan rasa aman bagi rakyatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita berlaku adil, baik di saat marah maupun rida. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُنَجِّيَاتُ فَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى

Perkara-perkara yang menyelamatkan adalah berlaku adil saat marah dan rida,…” (Hadis hasan. Silsilah al-Ahadis ash-Shahihah)

Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kalian berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kalian kerjakan.” (QS al-Ma’idah: 8)

Para khulafaur rasyidin telah memberikan contoh dalam hal itu.

Seorang laki-laki datang kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu untuk mengambil haknya. Dia adalah seorang prajurit kaum muslimin. Namun di masa jahiliah dia pernah membunuh saudara Umar. Ketika Umar melihat laki-laki itu, wajahnya merengut. Umar berkata kepadanya, “Wahai Fulan, sesungguhnya aku tidak menyukaimu sampai tanah ini menyukai darahmu.”

Laki-laki itu menimpali, “Apakah hal itu menjadi penghalang bagimu untuk memberi aku satu hak dari hak-hak Allah Ta’ala.”

Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Tidak.”

Laki-laki itu berkata, “Jika demikian, kebencianmu tidak berpengaruh bagiku, sebab sesungguhnya yang bersedih karena cinta hanyalah seorang perempuan.”

Laki-laki itu mengetahui sikap warak (kehati-hatian) dan kekuatan agama Umar radhiyallahu ‘anhu. Kemarahan dan kebencian Umar yang sangat besar kepadanya tidak mengeluarkannya dari keadilan hingga dia berbuat zalim. Ketika laki-laki itu mengetahui keadilan Umar dan memercayai kekuatan agamanya, dia pun merasa aman dari balas dendam Umar kepadanya.

Termasuk di dalamnya adalah sikap adil orang tua terhadap anak-anaknya. Karena rasa cinta dan benci memiliki pengaruh yang kuat terhadap keadilan dan kezaliman, sering kita dengar bahwa Fulan mewasiatkan hartanya untuk anaknya yang bernama Fulan karena anak itu adalah anak yang paling dicintainya, dan sering pula kita dengar bahwa Fulanah tidak memberikan apa pun kepada anaknya yang bernama Fulan karena anak itu adalah anak yang paling dibencinya. Ini merupakan kezaliman yang besar yang dapat membinasakan dan menghancurkan. Tidak ada yang dapat menyelamatkannya dari siksa Allah Ta’ala kecuali ia berlaku adil dalam keadaan marah dan rida.

Amr berkata: Aku mendengar an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkhotbah di atas mimbar:

Ayahku memberiku sebuah hadiah. Ibuku, Amrah binti Rawahah berkata kepada ayahku, “Aku tidak rida sampai kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lalu ayahku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku memberi anakku sebuah hadiah yang berasal dari Amrah binti Rawahah, namun dia memintaku agar aku mempersaksikannya kepada engkau, wahai Rasulullah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا؟

Apakah engkau memberi seluruh anakmu hadiah seperti itu?

Ayahku menjawab, “Tidak.”

Beliau bersabda,

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ

Bertakwalah kepada Allah Ta’ala dan berbuat adillah di antara anak-anak kalian.”

Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya. (Muttafaq ‘alaih)

Baca juga: JANGAN MARAH

Baca juga: MENGENDALIKAN DIRI SAAT MARAH

Baca juga: MENAHAN MARAH PADAHAL SANGGUP MELAMPIASKANNYA

(Dr Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi)

Kelembutan Hati