LARANGAN BERDIRI UNTUK MENGHORMATI ORANG LAIN

LARANGAN BERDIRI UNTUK MENGHORMATI ORANG LAIN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ النَّاسُ لَهُ قِيَامًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Barangsiapa suka dihormati orang lain dengan berdiri, hendaklah ia menempati tempat duduknya di Neraka.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad)

Anas bin Malik berkata, “Tak seorang pun lebih dicintai para sahabat daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, bila mereka melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, mereka tidak berdiri untuk beliau. Mereka mengetahui bahwa beliau membenci hal itu.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)

Hadis di atas mengandung pengertian bahwa muslim yang suka dihormati dengan berdiri ketika ia memasuki suatu majelis terancam masuk Neraka. Para sahabat radhiyallahu ‘anhuma yang kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat besar saja tidak berdiri untuk beliau ketika melihat beliau masuk ke dalam majelis. Hal itu karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai perbuatan tersebut.

Banyak orang terbiasa berdiri untuk menghormati orang lain, terutama terhadap syekh yang masuk untuk memberi pelajaran atau memimpin ziarah ke suatu tempat. Begitu pula, ketika bapak atau ibu guru masuk ke ruang kelas, anak-anak segera berdiri untuk menghormatinya. Anak yang tidak mau berdiri dikatakan tidak beradab, dan tidak hormat kepada guru.

Diamnya syekh dan guru terhadap penghormatan dengan berdiri, atau teguran terhadap anak yang tidak mau berdiri menunjukkan bahwa syekh dan guru itu senang dihormati dengan berdiri. Itu berarti, sesuai dengan nash hadis di atas, bahwa mereka terancam masuk Neraka.

Jika mereka tidak suka atau membenci penghormatan dengan berdiri, tentu mereka sudah menyampaikan ketidaksukaannya kepada anak-anak didiknya. Mereka akan meminta anak-anak untuk tidak lagi berdiri setelah itu. Mereka menjelaskan persoalan itu dengan disertai hadis-hadis tentang larangan penghormatan dengan berdiri.

Membiasakan berdiri untuk menghormati orang alim atau orang yang masuk ke suatu majelis dapat melahirkan di hati mereka rasa senang dihormati dengan berdiri. Jika ada orang tidak berdiri untuknya, mereka gelisah. Orang-orang yang berdiri menjadi penolong setan bagi orang yang suka dihormati dengan berdiri, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَا تَكُونُوا عَوْنَ الشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ

Janganlah kalian menjadi penolong setan atas saudaramu.” (HR al-Bukhari)

Banyak orang berkata, “Kami berdiri kepada syekh atau guru sekedar untuk menghormati ilmunya.”

Kita bertanya kepada mereka, “Apakah kalian meragukan keilmuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan adab para sahabat kepada beliau? Perhatikanlah, meskipun ilmu Rasulullah sangat tinggi dan adab para sahabat kepada beliau sangai baik, namun para sahabat tidak berdiri untuk beliau.”

Islam tidak mengajarkan penghormatan dengan berdiri, tetapi penghormatan dengan ketaatan dan mematuhi perintah, mengucapkan salam dan berjabat tangan.

Sering kita jumpai dalam suatu pertemuan, ketika orang kaya masuk, hadirin berdiri untuk menghormatinya. Giliran orang miskin masuk, tak seorang pun berdiri untuk menghormatnya. Perlakuan diskriminatif ini menumbuhkan rasa dengki di hati orang miskin terhadap orang kaya dan hadirin yang lain. Akhirnya umat Islam saling membenci, sesuatu yang amat dilarang dalam Islam. Orang miskin yang tidak dihormati dengan berdiri bisa jadi dalam pandangan Allah lebih mulia daripada orang kaya yang dihormati dengan berdiri.

Allah Ta’ala berfirman:

 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS al-Hujurat: 13)

Mungkin ada yang berkata, “Jika kita tidak berdiri untuk orang yang memasuki majelis, bisa jadi orang itu berprasangka buruk kepada orang-orang yang duduk.”

Kita menjawab, “Kita perlu menjelaskan kepada orang yang baru masuk bahwa kecintaan kita kepadanya berada di hati. Kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membenci berdiri untuk penghormatan, juga meneladani para sahabat yang tidak berdiri untuk beliau. Dan kita tidak menginginkan orang yang baru masuk itu masuk Neraka.”

Baca juga: BERDIRI YANG DIANJURKAN

Baca juga: JAUHILAH GAYA HIDUP JAHILI

(Syekh Muhammad bin Jamil Zainu)

Adab