AN-NAJASYI, RAJA HABASYAH YANG MEMELUK ISLAM

AN-NAJASYI, RAJA HABASYAH YANG MEMELUK ISLAM

Raja an-Najasyi secara terang-terangan menyatakan keislamannya di hadapan para sahabat dan para uskup. Namun para uskup marah dan menentangnya. Begitu pula para komandan. Mereka menghasut penduduk Habasyah agar bersama mereka menentang Raja. Maka terjadilah pemberontakan terhadap Raja.

Sebelum memerangi para pemberontak, sang raja menyiapkan beberapa kapal yang akan digunakan jika ia mengalami kekalahan. Namun Allah memenangkan Raja an-Najasyi. Pemberontakan padam ketika Raja menipu mereka dengan sikap taqiyah.

Saat itu Raja an-Najasyi membuat surat yang berisi pengakuannya kepada tauhid dan kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya, roh-Nya dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam. Ia meletakkan surat itu di balik pakaian pelapisnya di pundak sebelah kanan. Lalu ia keluar menuju Habasyah dimana para pemberontak telah berbaris untuk menghadangnya.

Raja an-Najasyi bertanya kepada mereka, “Wahai penduduk Habasyah, bukankah aku adalah orang yang paling berhak atas kalian?”

Mereka menjawab, “Benar!”

Raja bertanya kembali, “Bagaimana kalian melihat perjalananku selama ini bersama kalian?”

Mereka menjawab, “Yang terbaik.”

Raja kembali bertanya, “Lalu, ada apa dengan kalian?”

Mereka menjawab, “Engkau telah meninggalkan agama kita. Dan engkau berkeyakinan bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya.”

Raja bertanya kembali, “Kalau begitu, bagaimana pendapat kalian tentang Isa?”

Mereka menjawab, “Kami berpendapat bahwa Isa adalah anak Allah.”

Raja an-Najasya meletakkan tangannya di atas dadanya, tepat di atas surat di balik pakaian pelapisnya. Kemudian sang raja bersaksi bahwa Isa bin Maryam tidak lebih dari ini (maksudnya adalah tidak lebih dari apa yang tertulis di balik sakunya).

Mendengar kesaksian sang raja, masyarakat rela. Mereka pun membubarkan diri.

Berita ini sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di hari kematian Raja an-Najasyi pada tahun kesembilan hijrah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbelasungkawa. Beliau melaksanakan salat gaib bersama kaum muslimin untuk Raja an-Najasyi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari ini telah meninggal seorang laki-laki saleh dari Habasyah. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakan salat untuknya.”

Bentuk belasungkawa seperti ini diperbolehkan. Ia hanyalah pemberitahuan agar kaum muslimin mendoakan saudara mereka karena Allah. Adapun bentuk belasungkawa yang berlebih-lebihan adalah makruh. Sedangkan menyebarkan berita kematian dengan menyebutkan sifat-sifat sang mayit adalah haram (lihat Muwaththa’ Malik).

Diriwayatkan bahwa setelah raja an-Najasyi wafat, orang-orang mengatakan bahwa mereka melihat cahaya di atas kuburannya.

an-Najasyi yang meninggal ini berbeda dengan an-Najasyi yang dikirimi surat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengirimkan surat-surat kepada para raja dan pemimpin untuk menyeru mereka kepada Allah Ta’ala. Surat itu adalah surat untuk an-Najasyi yang memerintah setelah an-Najasyi muslim yang bertemu dengan Ja’far dan para sahabatnya.

Baca sebelumnya: HIJRAH KEDUA KE HABASYAH DAN UPAYA KAUM KAFIR QURAISY MENGEMBALIKAN KAUM MUHAJIRIN

Baca sesudahnya: HAMZAH MASUK ISLAM

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah