AMALAN TERGANTUNG AKHIRNYA

AMALAN TERGANTUNG AKHIRNYA

Abu Muhammad Abdul Haqq berkata, “Ketahuilah bahwa su’ul khatimah (akhir yang buruk) tidak akan terjadi pada orang-orang yang baik lahir dan batinnya. Selama ini tidak pernah terdengar dan diketahui adanya orang-orang yang baik lahir dan batinnya mati dalam keadaan su’ul khatimah.”

Terkadang seorang hamba terlihat sangat rajin melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi, ia menyembunyikan kemunafikan atau riya’ di dalam hatinya, atau terdapat bisikan-bisikan jahat di dalam hatinya, seperti perasaan sombong dan angkuh. Sifat-sifat tersebut semakin terlihat di usia tua. Ia mengakhiri hidupnya dengan sifat-sifat tersebut. Maka, apa yang ia lakukan selama ini hanya berbuah kerugian yang abadi serta kebinasaan di negeri akhirat.

Sebagaimana kisah seseorang yang berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang itu diuji dengan ujian yang sangat mulia, namun karena apa yang ia lakukan tidak diniatkan untuk Allah Azza wa Jalla, atau bukan karena ingin meninggikan kalimat Allah Azza wa Jalla, maka ketika ia terluka, ia menyegerakan kematian dirinya dengan cara bunuh diri. Melihat kenyataan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَهْوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ

Sungguh orang ini telah melakukan amalan ahli Surga pada amalan-amalan yang tampak bagi manusia, padahal dia termasuk ahli Neraka.” (HR al-Bukhari)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Pada amalan-amalan yang tampak bagi manusia,” menunjukkan bahwa apa yang ada di batinnya tidak sama dengan apa yang tampak di lahirnya. Su’ul khatimah tidak mungkin terjadi pada orang yang baik lahir dan batinnya, Wallahu a’lam.

al-Hafizh Ibnul Jauzi berkata, “Nama laki-laki yang diceritakan dalam hadis di atas adalah Qazman. Suatu ketika ia pernah tidak ikut berperang bersama kaum muslimin pada Perang Uhud sehingga para wanita mengejeknya. Karena malu, ia langsung memacu kudanya menyusul kaum muslimin, higga ia berada di barisan terdepan dari pasukan kaum muslimin. Ia adalah orang pertama yang melepaskan anak panah ke arah musuh sampai beradu pedang. Sepak terjangnya sangat menakjubkan. Ketika pasukan kaum muslimin mulai mundur, ia menghunus pedangnya seraya berkata, “Mati lebih baik daripada mundur.” Qatadah yang lewat di dekatnya berkata kepadanya, “Semoga engkau mendapatkan mati syahid.” Ia dengan tegas mengatakan, “Demi Allah, sesungguhnya aku berperang bukan untuk agama Allah, akan tetapi karena malu kepada kaumku.” Tidak lama setelah itu ia pun terluka dan akhirnya mati bunuh diri.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu ketika kami mengikuti Perang Khaibar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang seseorang yang mengklaim dirinya muslim, “Orang ini termasuk penghuni Neraka.” Ketika perang bergejolak, orang itu berperang dengan sangat berani, sampai akhirnya terluka dengan luka yang sangat banyak. Sebagian sahabat sempat cemas dibuatnya. Ketika orang itu merasakan lukanya semakin sakit, ia memasukkan tangannya ke dalam tabung tempat anah panah, lalu mengambil beberapa anak panah dan membunuh dirinya dengan anak panah tersebut. Pemandangan tersebut membuat sebagian kaum muslimin menjadi yakin seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ternyata apa yang engkau katakan telah menjadi kenyataan. Orang tadi telah mati bunuh diri.”

Rasulullah shallallanu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قُمْ يَا فُلاَنُ، فَأَذِّنْ أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا مُؤْمِنٌ. إِنَّ اللَّهَ يُؤَيِّدُ الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

Bangunlah wahai Fulan. Umumkan pada manusia bahwa tidak akan masuk Surga melainkan orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah mengokohkan agama ini dengan orang yang ceroboh.” (HR al-Bukhari)

Bagaimana pun, kisah-kisah di atas menjadi bukti atas pernyataan di atas, bahwa di antara penyebab su’ul khatimah adalah ketidakserasian antara lahir dan batin, baik karena kemunafikan, riya’ ataupun sum’ah. Sebaliknya, ikhlas, jujur dan cinta kepada Allah Azza wa Jalla merupakan faktor terwujudnya husnul khatimah (akhir yang baik).

Beberapa tahun yang lalu, sebuah tragedi terjadi di wilayah Qhasim. Beritanya tersebar di mana-mana. Singkat cerita, seorang laki-laki sedang mengalami sakratul maut. Tampak pada dirinya akibat perbuatannya selama hidupnya, yaitu orang itu selalu berpaling dari Rabbnya (bermaksiat). Datanglah beberapa temannya yang dulu sering salat bersamanya di masjid. Mereka berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, ini adalah mushaf al-Quran yang dulu pernah engkau baca. Bertakwalah kepada Allah. Takutlah kepada Allah pada dirimu sendiri.” Kemudian mereka mentalkinkan kepadanya kalimat tauhid, namun dikabarkan bahwa orang itu mengingkari al-Qur’an dan kalimat tauhid. Ia pun mati dalam keadaan kafir. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari hal tersebut.

Imam an-Nawawi berkata bahwa banyak manusia yang mengawali hidupnya dengan kemaksiatan diberi taufik dan hidayah oleh Allah Ta’ala untuk melakukan ketaatan. Sebaliknya jarang manusia yang mengawali hidupnya dengan ketaatan, kemudian berbalik kepada kemaksiatan, lalu mati di atas kemaksiatan. Yang demikian itu, karena rahmat Allah lebih cepat daripada murka-Nya.

Hanya Allah-lah yang dimintai pertolongan.

Baca juga: SYARAT DITERIMANYA AMAL

Baca juga: WALI ALLAH, AMALAN WAJIB, DAN AMALAN SUNAH

Baca juga: TIGA WASIAT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

(Dr Ahmad Farid)

Kelembutan Hati