ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA MEMILIKI HAK PILIH (TIDAK DIPAKSA)

ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA MEMILIKI HAK PILIH (TIDAK DIPAKSA)

Mungkin kalian melihat seseorang terkadang bersedekah dan berbuat baik, namun terkadang pelit. Saat kalian diminta memberi penilaian tentang orang itu dan kalian ditanya apakah dia murah hati atau pelit, kalian ragu untuk memberikan jawaban karena orang itu terkadang berbuat baik dan terkadang pelit.

Seperti itulah manusia dalam berbuat. Setiap manusia melakukan berbagai perbuatan secara suka rela, memilih apa yang ia mau, mengenakan apa yang ia suka, makan apa yang ia kehendaki, minum apa yang ia inginkan, membicarakan apa yang ia inginkan, berdiri dan duduk, taat dan durhaka, dan seterusnya. Sebaliknya, ada juga perbuatan-perbuatan dimana manusia tidak punya pilihan di sana, seperti jantung berdetak, tubuh tumbuh dan berkembang, dan darah mengalir. Manusia tidak punya pilihan di sana. Demikian pula sistem pencernaan, saraf, pernafasan, semuanya menjalankan fungsinya dimana manusia tidak punya pilihan di sana. Mengapa demikian? Apakah aktivitas manusia digerakkan ataukah ia memilih? Mari kita perhatikan dalil yang menyinggung kedua persoalan ini.

وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

Dan (juga) pada diri kalian sendiri, maka apakah kalian tidak memerhatikan?” (QS adz-Dzariyat: 21)

Makhluk terbagi menjadi empat kategori:

1️⃣ Makhluk yang tidak mempunyai akal dan tidak pula syahwat, yaitu benda mati dan tumbuh-tumbuhan.

2️⃣ Makhluk yang mempunyai akal namun tidak mempunyai syahwat, yaitu malaikat.

3️⃣ Makhluk yang mempunyai syahwat namun tidak punya akal, yaitu hewan.

4️⃣ Makhluk yang mempunyai akal dan syahwat, yaitu manusia.

Makhluk paling mulia di antara seluruh makhluk adalah manusia. Allah Ta’ala memuliakan manusia dengan akal. Para rasul diutus kepada mereka, kitab-kitab diturunkan kepada mereka agar mereka beribadah kepada Allah Ta’ala sehingga mereka meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ نَحْنُ اَوْلِيَاۤؤُكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚوَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْٓ اَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ ۗ نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Rabb kami adalah Allah’ kemudian meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlan kalian merasa takut dan janganlah kalian bersedih hati. Bergembiralah kalian dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepada kalian.’ Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (Surga) kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh apa yang kalian minta, sebagai penghormatan (bagi kalian) dari (Allah) yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Fushshilat: 30-32)

Benda mati memiliki bentuk, warna, dan tempat. Tumbuhan juga memiliki semua itu dan memiliki keistimewaan lain, yaitu tumbuh. Hewan memiliki semua itu dan juga keistimewaan lain, yaitu bergerak dan dapat merasakan sesuatu. Manusia memiliki semua itu dan juga satu keistimewaan lain, yaitu akal. Dengan akal, manusia mampu membedakan berbagai pilihan, mana yang menurutnya bermanfaat dan mana yang berbahaya, selanjutnya manusia menentukan pilihan. Singkat kata, manusia memiliki sifat-sifat benda mati, tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Sifat-sifat benda mati, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada pada manusia sepenuhnya dipaksakan dan dikenakan pada manusia. Manusia sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk memilih sifat-sifat itu. Seperti benda mati, manusia memiliki bentuk, warna dan tempat, dan manusia tidak memiliki pilihan dalam hal bentuk, warna dan tempat. Seperti tumbuh-tumbuhan, manusia dapat tumbuh, dan manusia tidak memiliki pilihan dalam hal tumbuh. Seperti hewan, manusia memiliki perasaan dan bergerak. Di dalam tubuhnya terdapat sistem pencernaan, darah, saraf dan pernafasan. Manusia tidak memiliki pilihan dalam hal perasaan dan bergerak.

Inilah puncak rahmat dan kasih sayang dimana Allah Ta’ala menjadikan itu semua dengan perhatian dan penjagaan-Nya, bukan manusia yang menggerakkan, karena manusia tidur, lupa, dan lemah.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ مَنْ يَّكْلَؤُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمٰنِۗ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُّعْرِضُوْنَ

Katakanlah, ‘Siapakah yang akan menjaga kalian pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah yang Mahapengasihi?’ Tetapi mereka enggan mengingat Rabb mereka.” (QS al-Anbiya: 42)

Intinya, sifat-sifat benda mati, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada dalam diri manusia dijalankan berkat rahmat Allah Ta’ala.

Kapan Manusia Memiliki Hak Pilih?

Manusia mempunyai hak pilih dalam lingkup akal saja. Hukum, perbuatan, perintah dan larangan diarahkan kepada akal sehingga manusia menentukan pilihan dan membedakan antara melakukan ini dan itu. Manusia memilih apa yang menurutnya baik, seperti yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:

اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌ ۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا

Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), tentu dia mengambil jalan menuju Rabb-nya.” (QS al-Insan: 29)

Juga sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْ

Dan katakanlah (Muhammad), ‘Kebenaran itu datangnya dari Rabb kalian. Barangsiapa menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman. Barangsiapa menghendaki (kafir), biarkanlah dia kafir.’” (QS al-Kahfi: 29)

Jika manusia telah mengetahui kebenaran lalu mengikutinya, tentu ia masuk Surga. Tetapi, jika ia mengingkarinya, niscaya ia masuk Neraka.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ

Kami berfirman, ‘Turunlah kalian semua dari Surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.’ Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni Neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah: 38-39)

Dari sini kita tahu bahwa taklif (kewajiban menjalankan syariat) hanya berlaku bagi orang yang berakal. Ketika akal yang membedakan berbagai pilihan, apakah kebaikan ataukah keburukan, apakah kebenaran ataukah kebatilan, apakah kejujuran ataukah kedustaan hilang, maka taklif tidak berlaku lagi. Bukankah taklif tidak berlaku bagi orang gila, anak kecil, dan orang tidur karena akalnya tidak ada atau belum matang?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَكْبُرَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

Pena diangkat dari tiga (golongan): (1) dari orang yang tidur hingga ia bangun, (2) dari anak kecil hingga ia balig, dan (3) dari orang gila hingga ia berakal.” (Hadis  sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa-i, dan Ibnu Majah)

Allah Ta’ala menghalalkan segala yang baik dan mengharamkan segala yang buruk, memerintahkan menikah dan melarang berzina, mendorong jujur dan melarang dusta, memerintahkan beriman dan mengingatkan dari kekafiran.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah tagut.’ Kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kalian di bumi dan perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS an-Nahl: 36)

Di sinilah akal berperan, memilih satu di antara dua jalan. Selanjutnya pahala dan siksa diberikan sesuai dengan pilihan yang diambil. Hanya saja akal memiliki keterbatasan, tidak mengetahui esensi segala sesuatu, tidak mampu dan tidak mengetahui segala hal yang membawa manfaat dan bahaya. Diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab mengabarkan dan menuntun manusia menuju apa yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Hak pilih manusia tidak menyimpang dari kehendak Allah Ta’ala, karena tidak ada sesuatu pun di bumi atau di langit yang mengalahkan-Nya. Segala penciptaan, putusan, dan urusan menjadi hak-Nya. Jika Dia berkehendak, Dia memberi hidayah kepada seluruh manusia. Tidak ada yang menghalangi dan tidak ada yang mencela putusan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ فَلِلّٰهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُۚ فَلَوْ شَاۤءَ لَهَدٰىكُمْ اَجْمَعِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), ‘Alasan yang kuat hanya pada Allah. Maka jika Dia menghendaki, niscaya kalian semua mendapat petunjuk.’” (QS al-An’am: 149)

Namun Allah Ta’ala tidak melakukan hal itu, bahkan Dia membiarkan mereka berbuat sesuai kehendak mereka dan membiarkan mereka melakukan apa pun setelah memberitahukan kebenaran kepada mereka, agar ibadah yang mereka lakukan murni atas pilihan sendiri, bukan karena paksaan, sebagai ujian dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan). Karena itu, Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus. Ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (QS al-Insan: 2-3)

Allah Ta’ala menciptakan makhluk dalam dua golongan:

1️⃣ Makhluk yang ditundukkan dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Mereka adalah seluruh makhluk selain manusia dan jin.

2️⃣ Makhluk yang memiliki pilihan antara beriman dan kafir, antara taat dan durhaka. Mereka adalah manusia dan jin.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Pemberi rezeki yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS adz-Dzariyat: 56-58)

Allah Ta’ala menyukai hamba yang datang kepada-Nya secara suka rela, meski ia mampu untuk tidak datang kepada-Nya. Dia Mahabijaksana lagi Mahamengetahui akan keadaan makhluk dan segala urusannya.

Allah Ta’ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ

Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah. Juga matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, hewan melata dan banyak di antara manusia. Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tentu tidak seorang pun memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS al-Hajj: 18)

Manusia kemudian menentukan pilihan yang ia kehendaki. Bahagia atau sengsara sepenuhnya ditentukan oleh pilihan yang ia jatuhkan.

Allah Ta’ala berfirman:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS al-Baqarah: 256)

Baca juga: NILAI AKAL DALAM ISLAM

Baca juga: KEWAJIBAN MASUK KE DALAM ISLAM SECARA MENYELURUH

Baca juga: MEMBANTU DALAM KETAATAN KEPADA ALLAH

(Syekh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiri)

Akidah