DUNIA SEMAKIN BERDEKATAN

DUNIA SEMAKIN BERDEKATAN

Dunia sekarang ini terasa semakin berdekatan. Apa yang terjadi di ujung dunia beritanya sampai hingga ujung dunia yang lain dengan cepat. Keburukan, kefasikan dan kemaksiatan pun berpindah-pindah. Perpindahan ini difasilitasi oleh berbagai teknologi yang canggih. Bahkan keburukan, kefasikan dan kemaksiatan bisa masuk ke rumah-rumah yang tertutup, ke rumah-rumah (tenda-tenda) yang terbuat dari bulu domba di pedalaman. Mereka bisa menyaksikannya seakan-akan turut hadir di tempat kejadian. Bukan hanya itu, mereka bahkan bisa menjadi bagiannya yang lebih jelas daripada di tempat terjadinya.

Ini termasuk ujian dan cobaan. Dunia sekarang ini telah diterpa gelombang fitnah syahwat dengan berbagai bentuknya, fitnah syubhat, kesesatan dan ilhad. Semua itu “diekspor” ke seluruh penjuru dunia, sampai ke daerah yang paling ujung di segala penjuru, kecuali yang dirahmati Allah Ta’ala.

Untuk menghadapi situasi seperti ini, manusia memerlukan bashirah (kekuatan ilmu). Ia harus mengambil langkah hati-hati. Ia harus mengetahui berbagai bahaya yang merupakan produk yang didatangkan dari luar sehingga ia bisa menjauhinya. Orang yang tidak punya bashirah, tidak punya ilmu agama, mungkin saja ia akan memandang hal-hal tersebut sebagai bentuk kemajuan dan peradaban, serta simbol kemakmuran, bahkan sebagian menganggapnya sebagai nikmat. Ia tidak tahu bahaya dan keburukan yang terkandung dalam perangkat modern tersebut. Jadi, ini merupakan masalah yang sangat serius. Sekarang ini, berbagai fitnah dipertontonkan dan ditawarkan kepada umat manusia, seperti yang digambarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا. فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ. عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا. فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ. وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ. مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

Dilekatkan fitnah pada sisi hati (atau dipaparkan pada hati) seperti halnya tikar yang dilekatkan (dipintal) sehelai demi sehelai. Hati mana pun yang terasuki (fitnah tersebut), maka digoreskan padanya titik hitam, dan hati mana pun yang mengingkarinya (menolaknya), maka digoreskan padanya titik putih sehinga hati manusia terbagi menjadi dua hati. (Hati yang pertama adalah) hati yang putih seperti batu marmer yang halus. Ketika itu fitnah tidaklah membahayakannya selama langit dan bumi tetap tegak. Sedangkan hati yang lain adalah hati yang hitam kelam, seperti cangkir yang dibalikkan. Ia tidak mengenal yang makruf dan tidak mengingkari yang munkar, kecuali apa-apa yang telah terasuki oleh hawa nafsunya.” (HR Muslim dan Ahmad)

Fitnah ini ditunjukkan pada hati manusia. Hati manakah yang mengingkari fitnah ini? Hati yang mengingkarinya adalah hati yang fakih (yang memahami agama) lagi mempelajari Kitabullah, yang mengetahui hukum Allah dalam masalah-masalah ini. Adapun orang yang tidak tahu, maka ia akan terwarnai fitnah. Terkadang ia justru terpana dengan fitnah tersebut, dan menganggapnya bentuk peradaban dan kemajuan. Ia menyangka bahwa menjauhi hal tersebut justru masuk dalam kategori gaya hidup yang kasar dan keras.

Tidak ada yang bisa menjaga dari berbagai fitnah ini kecuali apa yang telah Allah jadikan sebagai penjaga dan pelindung, yaitu Kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb yang Mahaperkasa lagi Mahaterpuji.” (QS Ibrahim: 1)

Allah Ta’ala juga berfirman:

الم؛ ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ؛ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ؛ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ؛ أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Baqarah: 1-5)

Dalam permulaan surat di atas, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, khusus untuk orang bertakwa. Kemudian Allah menjelaskan siapakah mereka yang bertakwa?

Kemudian Allah menyebutkan golongan kedua, yaitu kaum kafir, dan golongan ketiga, yakni kaum munafik.

Allah menyebutkan bahwa manusia dilihat dari sikap mereka terhadap al-Qur’an terbagi menjadi tiga golongan.

Pertama. Golongan yang beriman kepadanya secara lahir maupun batin. Mereka adalah kaum bertakwa.

Kedua. Golongan yang kufur terhadap Kitab, baik secara lahir maupun batin.

Allah berfirman Ta’ala:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ؛ خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka. Kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka. Dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (al-Baqarah: 6-7)

Ketiga. Golongan yang secara lahiriah (mengaku) beriman dengannya, namun mereka mengkufurinya dalam hati. Mereka adalah kaum munafik. Allah Ta’ala menyebutkan belasan ayat tentang mereka, mulai dari ayat ke-8 sampai ayat ke-20 Surat al-Baqarah.

Intinya bahwa di dalam Kitabullah terdapat petunjuk dan cahaya. Barangsiapa ingin selamat dari berbagai fitnah ini, maka ia harus berpegang pada Kitabullah. Ia harus membacanya dan mengamalkan kandungannya. al-Qur’an adalah sumber pertama untuk mendapat petunjuk dan keselamatan dari keburukan di dunia dan di akhirat. Ia harus sering membaca, mentadaburi al-Qur’an yang agung serta mengamalkannya.

Demikian juga, ia harus berpegang pada sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sunah menafsirkan dan menjelaskan al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى؛ اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰى

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3-4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي

Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian (sesuatu) yang apabila kalian berpegang padanya, maka kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, (yaitu) Kitabullah dan sunahku.” (HR Hakim)

Inilah yang bisa menjaga dan menjamin dari berbagai fitnah bagi orang yang berpegang pada keduanya.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan dalam berbagai hadis bahwa akan ada berbagai fitnah,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ. يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي كَافِرًا. أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا، وَيُصْبِحُ كَافِرًا. يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Bergegaslah beramal, (karena) berbagai fitnah (akan datang) seperti penggalan-penggalan malam yang gelap gulita. Seseorang berada di waktu pagi dalam keadaan beriman, sedangkan petang harinya menjadi kafir; atau sore harinya ia dalam keadaan mukmin, namun di waktu paginya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan kesenangan (hina) dunia.” (HR Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)

Ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia yang hina. Ia lebih mendahulukan dunia daripada akhirat. Ia meninggalkan salat, tidak mengeluarkan zakat, dan durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia justru menuruti setan dan para pengikutnya. Kita memohon kepada Allah agar diberi keselamatan dari berbagai fitnah dahsyat ini.

Berbagai fitnah semakin menjadi-jadi. Semakin zaman surut ke belakang, semakin parah pula fitnah-fitnah yang menerpa, hingga akan datang fitnah-fitnah besar yang beruntun hingga terjadinya Hari Kiamat. Jadi, manusia hidup di dunia ini beriringan dengan fitnah. Ia akan hidup beriringan dengan fitnah, khususnya mereka yang hidup di akhir zaman. Mereka lebih banyak berdampingan dengan fitnah. Fitnah di masa mereka lebih banyak karena dekatnya Hari Kiamat dan penghabisan dunia.

Baca juga: BERSEGARALAH MELAKUKAN AMAL SALEH

Baca juga: SIFAT ORANG MUNAFIK

(Syekh Shalih Fauzan al-Fauzan)

Akidah