ABU THALIB WAFAT

ABU THALIB WAFAT

Abu Thalib wafat pada tahun kesepuluh kenabian, tidak lama setelah pemboikotan dibatalkan. Ia wafat pada bulan Ramadan, tiga hari sebelum Khadijah wafat, dan tiga tahun sebelum peristiwa hijrah.

Ketika Abu Thalib tengah menghadapi kematiannya, Rasulullah shallallahu ‘alai wa sallam mendatanginya. Beliau mendapatinya sedang ditemani oleh Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin al-Mughirah.

Rasulullah shallallahu ‘alai wa sallam berkata kepadanya, “Wahai pamanku, katakanlah ‘laa ilaaha illallah’, suatu kalimat yang akan aku gunakan untuk bersaksi bagimu di sisi Allah.”

Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah menimpali, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muththalib?”

Nabi shallallahu ‘alai wa sallam terus mengulang kalimat itu agar diucapkan oleh Abu Thalib. Namun akhir ucapan Abu Thalib adalah bahwa ia masih tetap berada pada millah Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alai wa sallam bersabda, “Demi Allah, aku pasti memintakan ampun bagimu selama aku tidak dilarang untuk itu.”

Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ

Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni Neraka Jahanam.” (QS al-Taubah: 113)

Dan juga firman-Nya:

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS al-Qashash: 56)

Baca sebelumnya: PEMBOIKOTAN SOSIAL

Baca sesudahnya: KHADIJAH WAFAT DAN PERNIKAHAN DENGAN SAUDAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah